SURAT UNTUK PB PETRI

 

Cirebon, 8 Januari 2012

Kepada Yth.

TS. PB PETRI

Di tempat

Salam Sejahtera Selalu,

TS. PB PETRI, Presiden kita DR. Susilo Bambang Yudhoyono, telah membatalkan program ulangan vaksinasi DBD yang harusnya dilakukan bulan Desember 2011 lalu. Saya dan mungkin sebagian TS dari PB PETRI mensyukuri keberanian tindakan Presiden tersebut. Beliau telah menghancurkan “Ghost Protocol” (kalau boleh saya mengatakan demikian) tentang cara mengatasi DBD. Ghost Protocol yang telah direncanakan secara matang oleh jaringan kesehatan internasional yang didukung oleh WHO.

Keberanian Bapak Presiden menunjukkan bahwa pemahaman tentang patogenesis dan patofisiologi DBD terpecah menjadi 2. Satu pihak mendukung patogenesis dan patofisiologi DBD seperti yang direkomendasikan oleh WHO, bahwa kekalahan imunitas individulah sebagai penyebab utama terjadinya penyakit DBD (yang dibuktikan sempat berjalannya vaksinasi DBD pada Bulan Juni 2011). Sedangkan golongan lain yang mengatakan bahwa kelebihan imunitas (hipersensitivitas) individulah yang berperan untuk terjadinya penyakit DBD. WHO pun masih mengakui bahwa patogenesis dan patofisiologi DBD masih belum jelas benar atau kontroversial. Tetapi yang menariknya WHO hanya merekomendasi teori dan terapi yang mengklaim kekalahan imunitas individulah sebagai penyebab terjadinya penyakit DBD, untuk diajarkan pada seluruh fakultas kedokteran sedunia. Teori tentang hipersensitivitas individu sebagai dasar dari patogenesis dan patofisiologi DBD tidak direkomendasi (betapapun saya telah menulis surat kepada WHO di tahun 2008 yang mengkritisi masalah ini, dan perwakilan WHO di Indonesia telah berjanji akan menjawab masalah ini, tetapi sampai sekarang tidak ada realisasinya).

Saya sendiri berdasarkan pengalaman 14 tahun berdiskusi baik dengan lisan maupun tulisan mendapatkan fakta, bahwa teori hipersensitivitas tipe III sebagai dasar patogenesis dan patofisiologi DBD lebih kuat dari teori yang direkomendasikan oleh WHO. Apakah TS. PB PETRI setuju dengan klaim saya tersebut ?

Oleh karena itu, untuk mendukung dasar ilmiah dari tindakan Presiden kita tersebut, saya mengusulkan kepada beliau supaya teori saya dapat diajarkan pada seluruh fakultas kedokteran se-Indonesia secara resmi. Tanpa menunggu jawaban beliau sayapun meminta pada TS. PB PETRI supaya teori saya tersebut dapat diajarkan pada seluruh fakultas kedokteran se-Indonesia. Sehingga diharapkan tidak ada lagi teguran atau cemoohan dari seorang guru besar, bila calon dokter atau calon spesialis penyakit dalam menjawab masalah DBD dengan teori yang saya kemukakan. Menurut hemat saya, sudah saatnya bangsa Indonesia untuk mulai lepas dari mental afankelijkheid atau mental inlander dalam seluruh aspek kehidupan di dunia ini. Saya harapkan para dokter berdiri paling depan dan dimulai dari masalah DBD.

Teori saya itu tidak perlu dibuktikan lagi karena teori tersebut merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian tentang DBD selama 40 tahun terakhir ini. Teori itu telah dibaca oleh lebih dari 80 negara di dunia. Dan apabila kita mengetik ‘vaccination dhf’ dan mencarinya di google teori tersebut merupakan urutan ke-7 yang paling banyak dibaca di dunia dari ratusan ribu artikel tentang vaksinasi DBD. Teori tersebut paling banyak dibaca oleh dokter atau tenaga kesehatan dari Filipina. Saya berharap, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang mengajarkan secara resmi teori tesebut.

Pada akhirnya saya mengucapkan terima kasih atas perhatian TS. PB PETRI. Selamat tahun baru 2012 semoga Allah SWT memberikan kesuksesan pada kita semua di tahun ini. Amin.

Wassalam,

dr. Taufiq Muhibbuddin Waly, Sp.PD

Note :

Surat ini, akan saya masukkan dalam situs saya,

sebagai pertimbangan bagi para dokter

seluruh dunia untuk memacu terjadinya perubahan secara cepat

atau revolusi dalam patogenesis, patofisiologi dan terapi DBD.