Bismillaahirrohmaanirrohiim

TRUMP dan COVID-19

(COVID-19: Azab Allooh Pada Atau Dunia Mengazab Dirinya Sendiri?)

Bagian ke-2

Taufiq Muhibbuddin Waly

Ternyata suatu informasi yang di sampaikan oleh banyak orang (dalam hal ini di wakili oleh media massa), akan menguasai mainstream seseorang. Betapapun seseorang meyakini, bahwa hewan  yang dia miliki adalah seekor kerbau, tetapi bila semua orang yang di jumpainya mengatakan itu adalah seekor kambing, maka kambing itulah yang akan menjadi mainstreamnya. Betapapun dia  akan terus mengatakan pada semua orang bahwa hewan miliknya adalah seekor kerbau. Tetapi pada saat dia butuh uang, dan orang menawar kerbaunya dengan seharga kambing, maka di pastikan dengan cepat dia akan menjualnya dengan  harga seekor kambing. Tanpa rasa kecewa sama sekali.

Begitu juga dengan Trump. Tidak dapat di bantah, bahwa pada awalnya Trump meyakini COVID-19 setingkat dengan flu biasa saja. Tanda pasti untuk itu adalah bahwa dia dapat dikatakan tidak pernah memakai masker, selama COVID-19 menyerang Amerika Serikat. Dalam pengamatan saya hanya sekali Trump memakai masker, pada saat kunjungannya ke suatu rumah sakit di AS.

90% sikapnya memperlihatkan bahwa COVID-19, adalah setingkat flu biasa. Kalau ada kata-katanya yang menunjukkan bahwa COVID-19 lebih ganas dari flu biasa maka itu hanyalah untuk menenangkan emosi sebagian rakyat AS kepadanya.

Tetapi kegigihan media AS untuk terus menanamkan keyakinan pada rakyat AS (termasuk juga Trump) bahwa COVID-19 adalah berbahaya, berhasil merubah mainstream dari Trump. Tinggal tunggu saatnya saja bahwa semua kelakuannya yang memandang rendah keganasan COVID-19 akan berubah.  Ternyata perubahan mainstream itu terlihat pada akhir Juli 2020. Yaitu ketika dia berkata pada rakyat AS, untuk tetap melakukan social distancing dan memakai masker bila hal tersebut tidak dapat di lakukan. Betapapun untuk menjaga egonya Trump masih tetap tidak memakai masker di depan umum.

Perubahan mainstream yang jelas atau kebenaran yang diyakini itu keluar, akhirnya terlihat pada saat direktur tim kampanyenya Hope Hicks terkonfirmasi positif COVID-19. Kata-kata mengerikan yang keluar dari mulut Trump ketika dia menunggu hasil swab nya, adalah tanda pasti, bahwa dia mengakui COVID-19 adalah jauh lebih ganas ketimbang flu biasa atau influenza. Patuhnya Trump mengikuti nasihat dokternya untuk isolasi diri, juga menunjukkan tanda pasti ketakutan itu.

Trump telah menjual kerbau miliknya dengan harga seekor kambing. Di jual dengan sangat cepat dan tanpa rasa kecewa sedikitpun.

Kenapa hal tersebut dapat terjadi?

Pada perenungan saya, hal tersebut terjadi karena kurang mantapnya ilmu Trump dalam masalah kerbau. Kurang mantapnya ilmu Trump dalam masalah COVID-19.

Perang dagang dengan Cina, ditambah lagi dengan kekacauan ekonomi AS, akibat pandemi COVID-19 menyebabkan kemarahan Trump kepada Cina menjadi-jadi. COVID-19, dijadikan pelampiasan kemarahan dari Trump. Menurut Trump COVID-19 adalah rekayasa Cina bekerja sama dengan WHO, untuk mengalahkan AS, melalui ekonomi. Dan Trump melawan itu, dengan membangkitkan semangat rakyat AS, untuk tetap bekerja diluar rumah seperti biasanya.

Ilmu-ilmu tentang COVID-19, yang di terimanya dalam mendukung sikapnya, bahwa COVID-19 memang benar-benar setingkat dengan influenza menambah semangat Trump untuk melawan kehancuran ekonomi AS, akibat COVID-19. Di lain pihak berita-berita horor tentang COVID-19, terus di tiupkan oleh media mainstream AS, tanpa henti sedikitpun.

Dengan ilmu counter horor yang kurang dari Trump dalam melawan berita-berita dari media mainstream AS, maka hancurlah mekanisme pertahanan egonya. ketika dia positif COVID-19. Mainstream yang telah tertanam sejak 3 bulan terakhir, bahwa COVID-19 adalah penyakit yang berbahaya, akhirnya menjadi pilihan Trump. Dia langsung mengisolasi dirinya.

Saya adalah pendukung teori bahwa tingkat keganasan COVID-19, adalah sederajat dengan influenza. Karena itu saya menginginkan Trump jadi presiden AS. Penguasaan dunia melalui horor COVID-19, oleh orang-orang jahat yang mempunyai uang tidak terbatas itu harus di hentikan. Dan bila Trump berhasil menjadi presiden AS diharapkan dia akan mampu melawan tangan-tangan jahat itu. Pemilihan presiden AS, melalui email sangat membahayakan kemenangan Trump. Karena media komunikasi dan informasi dikuasai oleh tangan-tangan jahat itu. Adanya rencana vaksinasi bulan Oktober pada seluruh rakyat AS, harus di cegah. Karena hal itu akan memperkuat cengkraman tangan-tangan jahat itu pada rakyat AS.

Sayapun khawatir adanya trik untuk membuat Trump, memeriksa swab tenggorokannya. Karena tanpa ilmu yang kuat, tentang COVID-19 dipastikan Trump akan ketakutan dan mengikuti prosedur isolasi bila hasil swab tenggorokannya positif. Dimana hal tersebut akan mengacaukan rencana kampanyenya. Suatu hal yang akhirnya terbukti dengan terkonfirmasinya COVID-19 pada Trump.

Dengan dasar-dasar diatas, dalam tempo hanya tersisa 5 minggu, saya bertekad kuat untuk membuat artikel tentang COVID-19. Artikel yang harus sangat kuat untuk melawan horor COVID-19. Dimana untuk itu, diperlukan analisis tajam terhadap puluhan jurnal internasional tentang COVID-19. Harapan saya artikel tersebut dapat selesai sebelum bulan Oktober. Dan Alhamdulillah pada tanggal 26 September 2020, artikel tersebut selesai dan langsung di kirimkan ke Trump. Artikel yang berjudul “COVID-19: Azab Allooh Pada Dunia Atau Dunia Mengazab Dirinya Sendiri?(Suatu Diskusi Dengan Jurnal-Jurnal Internasional)” http://dhf-revolutionafankelijkheid.net.

Diharapkan artikel tersebut dapat merubah mainstream Trump dan para pembantunya untuk tetap konsisten melawan horor dari COVID-19. Tak usah memeriksa swab tenggorok. Dan bila terpaksa memeriksa swab tenggorokan dan hasilnya positif COVID-19, jangan mau untuk di isolasi. Terus berkampanye ke seluruh penjuru AS. Itulah pesan saya secara implisit dalam pengiriman artikel itu.

Terapi untuk Trump:

Bila tanpa gejala sama sekali, maka keluar dari isolasi, dan berkampanye seperti biasa. Bila, gejala positif, seperti yang di beritakan hari ini, maka hal pertama yang di lakukan adalah, hilangkan rasa takut. Semua berita horor COVID-19, tidak dapat di terima. COVID-19, adalah penyakit setingkat flu biasa. Patogenesis COVID-19, tidak sama dengan SARS yang mematikan itu. Sel target dari COV 2 Wuhan adalah sel goblet pada saluran nafas bagian atas. Sedangkan SARS COV pada pneumokist tipe 2, disaluran nafas bagian bawah. Ketakutan akan horor COVID-19, pada hemat saya, adalah salah satu pemicu dari kematian pasien-pasien dengan COVID-19. Ketakutan adalah pintu masuk untuk terjadinya penyakit, memberatnya penyakit dan kematian. Bila pasien HIV positif, yang tidak melakukan pengobatan dengan baik, sanggup bertahan terhadap serangan COVID-19, maka di yakini Trump juga akan mampu melakukan itu.

Semua obat selain vitamin, antibiotik, pereda panas dan batuk pilek tak usah di minum. Terlebih lagi obat-obat penekan imun seperti kortikosteroid dosis tinggi atau obat-obat anti kanker. Kortikosteroid dosis tinggi atau dosis imunosupresif hanya di berikan bila ada reaksi autoimun atau reaksi hipersensitifitas, seperti penyakit infeksi Dengue. Sebab saya meyakini bahwa dasar patogenesis infeksi Dengue adalah hipersensitifitas tipe III. Begitu juga pemberian obat anti kanker yang saat ini diberikan pada Trump yaitu antibodi monoklonal. Obat itu berguna untuk mencegah pertumbuhan sel kanker. Untuk COVID-19 obat itu sangat berlebihan dan pada hemat saya berbahaya. Sebab bisa menambah peradangan hati dan membuat kekacauan sistim imun (imunotoxicity).  Dan itu berarti bisa mengganggu kerja IgA yang berada di saluran nafas bagian atas. Padahal IgA adalah antibodi utama dalam menghancurkan dan menghambat virus masuk kedalam sel targetnya (sel Goblet) di saluran nafas bagian atas.

Antibiotik perlu diminum selama 5 hari untuk mencegah berkembangnya bakteri-bakteri dalam tubuh akibat menurunnya imunitas. Remdesvir, yang saat ini di minum Trump dihentikan saja. Karena selain tidak berguna untuk menghancurkan COV 2 Wuhan, juga di khawatirkan akan menambah peradangan hati pada Trump. Dengan obesitas yang terdapat pada Trump (> 20% BB ideal), diprediksi Trump telah mempunyai fatty liver. Remdesvir akan memperburuk itu dengan meningkatnya enzim liver dari Trump.

Terapi berikutnya adalah membebaskan jalan nafas.

Buka masker, untuk melepaskan semua CO2 yang ada di paru-paru Trump. Pada orang-orang seusia Trump, di prediksi telah mempunyai penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Dimana orang-orang tersebut akan terjadi gangguan dalam pelepasan CO2.

Minum obat-obat yang bersifat mengencerkan terhadap dahak saluran nafas (obat mukolitik). Sebab pada orang-orang seusia Trump dahak cenderung agak kental. Kekentalan akan bertambah dengan meradangnya sel-sel Goblet disaluran nafas bagian atas. Kalau perlu minum lagi obat ekspektoran. Untuk mengeluarkan dahak bila dahak itu sangat kental dan sulit keluar. Betapapun hal itu akan menambah gejala batuk-batuk.

Obat-obat bronkodilator dengan dosis rendah, perlu di berikan. Karena pada orang-orang seusia Trump biasanya, mulai terjadi penyempitan pipa-pipa saluran nafas. Obat bronkodilator, perlu dinaikkan dosisnya, bila pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda penyempitan pipa pernafasan yang jelas.

Trump perlu minum banyak air putih sekitar 2 liter sehari. Untuk mengurangi kekentalan dahak dan mencegah kurangnya cairan intravaskuler. Minum banyak tidak di anjurkan bila jantung Trump terlalu besar. Tetapi bila hanya membesar sedikit, minum 2 liter sehari tetap di berikan.

Obat-obat yang biasa di minum Trump seperti obat penurun kolesterol, obat hipertensi, obat jantung dan sebagainya terus di minum, jangan di hentikan. Dan terakhir pump inhibitor terhadap sekresi asam lambung dan anti mual perlu di berikan. Sebab mayoritas orang yang sakit, terlebih lagi terkena COVID-19 dengan gejala klinis yang positif, biasanya mengalami stress sehingga menyebabkan sekresi asam lambung meningkat. Hal tersebut dapat berefek gangguan pada lambung dan pencernaan, bahkan perdarahan lambung. Obat-obat itupun dapat mencegah efek samping yang terjadi terhadap lambung, akibat terapi yang saya berikan. Misalnya obat bronkodilator seperti yang saya sebutkan di atas.

Trump perlu istirahat total sampai dengan 2 hari (48 jam) bebas demam. Serta tidak ada suara serak dan penurunan penciuman. Tanda-tanda vital pun harus baik.

Setelah itu Trump boleh beraktifitas kembali seperti biasa, meskipun masih ada sedikit gejala batuk pilek atau bersin. Tak perlu swab tenggorokan harus menjadi negatif lebih dahulu untuk dapat beraktifitas seperti biasa.

Tidak ada orang yang mati karena COVID-19. Kematian adalah akibat penyakit kronisnya, infeksi bakteri atau virus lainnya. Bahkan mungkin karena pemberian obat-obat yang berlebihan atau tidak perlu.

COV 2 Wuhan adalah COV 2 Wuhan selama-lamanya. Tidak menimbulkan badai sitokin atau menyebabkan kerusakan berat di organ-organ lain. Gangguan terberat dari COV 2 Wuhan adalah seperti apa yang terjadi pada infeksi SARS COV. Yaitu ARDS. Dan bila itu terjadi maka COV 2 Wuhan telah berubah menjadi SARS COV. Itulah mutasi tertinggi yang dapat di lakukan COV 2 Wuhan.

Tidak perlu vaksinasi untuk penyakit yang keganasannya setingkat influenza.

Allooh Tuhan itu adalah Esa dan sebenar-benarnya Esa. Betapapun seluruh dunia mengatakan Tuhan itu banyak atau banyak tetapi Esa.

PERJUANGAN ADALAH PELAKSANAAN KATA KATA.